LENTERA MALUT – Hebat nggak sih ekonomi Maluku Utara? Hebat dong. Dosen Ekonomi Universitas Khairun (Unkhair) Ternate, Muchtar Adam lewat video di akun TikTok Kampoeng Melenesia menyoroti fenomena unik di balik pesatnya pertumbuhan ekonomi Malut yangtercatat paling tinggi se-Indonesia.
Dalam video berdurasi 3 menit 28 detik tersebut, Muchtar — akrab disapa Ota — menanyakan, “Ada nggak daerah di Indonesia yang pertumbuhan ekonominya setinggi Maluku Utara?” Namun, di balik capaian ekonomi yang tinggi, ada hal yang menurutnya cukup menggelitik.
“Komponen ekspor dan lainnya naik, tapi pengeluaran anggaran pemerintah provinsi justru minus,” ujar Ota.
Ia menyebut, pengeluaran pemerintah Maluku Utara minus 5,6 persen. Yang lebih menyedihkan, kata dia, komponen yang ikut terpangkas justru gaji dan tunjangan guru.
“Tunjangan profesi guru ditahan, tidak dibayarkan oleh pemerintah daerah kepada para pendidik yang bekerja di pulau-pulau kecil dan pelosok desa,” ungkapnya.
Menurut Muchtar, kondisi itu menunjukkan pemerintah sedang “berutang” kepada para guru. Hingga November 2025, tunjangan profesi dan tambahan penghasilan guru di Maluku Utara masih tertahan. Data Badan Pusat Statistik (BPS) juga memperlihatkan bahwa pada kuartal III, pengeluaran pemerintah provinsi tercatat minus 5,65 persen.
“Hebat kan kepala daerah kita? Mau berutang tapi tidak membayar hak-hak guru,” sindir Ota.
Ia menambahkan, para guru—yang disebutnya “Umar Bakri”—masih setia mengabdi, menyeberangi laut dan pulau untuk mengajar anak-anak bangsa. Ironisnya, gaji kepala daerah dan DPRD tak pernah tertunda, sementara tunjangan guru masih tertahan di kas daerah.
Kondisi ini bahkan disebut membuat Menteri Keuangan Purbaya mengirimkan surat ke seluruh kepala daerah agar mempercepat pencairan dana.
“Kita memang hebat, jago memiskinkan guru-guru yang mencerdaskan anak-anak bangsa,” pungkas Muchtar. (Red)







