Mahasiswa Maluku Utara di Malang Bertahan di Asrama Rusak

Unknown's avatar
Kondisi ruangan asrama mahasiswa Maluku Utara di Malang yang biasa dijadikan tempat pertemuan dan belajar / Dok : Istimewa

LENTERA MALUT – Asrama mahasiswa Maluku Utara yang seharusnya menjadi ruang aman dan nyaman justru berubah menjadi beban bagi penghuninya. Kondisi bangunan yang rusak dan tak terawat berdampak langsung pada kenyamanan, kesehatan, hingga kondisi mental mahasiswa.

Kerusakan fasilitas dasar membuat aktivitas belajar terganggu. Mahasiswa mengaku mengalami penurunan konsentrasi, gangguan tidur, hingga tekanan psikologis akibat lingkungan hunian yang tidak layak.

Ketua Ikatan Pelajar Mahasiswa Maluku Utara–Malang (IPMA-MUM), Alfandy Usman, dalam keterangan persnya yang diterima media ini Senin, (15/12/2025) mengatakan janji renovasi asrama terus disampaikan setiap tahun, namun belum pernah terealisasi.

“Harapan kami tetap besar kepada Pemerintah Provinsi. Asrama ini aset daerah dan menjadi tempat tinggal putra-putri Maluku Utara yang sedang menempuh pendidikan. Jangan biarkan generasi tumbuh di ruang-ruang yang retak,” ujarnya.

Pada 14 Desember 2025, UPTD Pengelolaan Aset Daerah BPKAD Provinsi Maluku Utara yang dipimpin Muhammad Fadli melakukan kunjungan kerja ke Kota Malang untuk pendataan aset Pemprov. Kunjungan tersebut merupakan tindak lanjut dari desakan mahasiswa agar asrama segera direnovasi.

Perwakilan Bidang Aset BPKAD Maluku Utara saat melakukan kunjungan di Asrama Mahasiswa Maluku Utara di Kota Malang / Dok : Istimewa

Namun, kunjungan itu kembali menimbulkan tanda tanya. Pendataan serupa pernah dilakukan pada 13 September 2023, tetapi hingga 2025 tak ada perbaikan nyata. Kondisi ini memicu kekecewaan dan menurunkan kepercayaan mahasiswa terhadap komitmen pengelolaan aset daerah.

Asrama mahasiswa Maluku Utara dibeli Pemprov pada 2005 dan terakhir direnovasi pada 2008. Sejak 2014, bangunan ini dinilai tidak layak huni. Dari 19 kamar, hanya 9 yang bisa digunakan dan tiga di antaranya mengalami kebocoran. Sementara dari enam kamar mandi, hanya dua yang masih berfungsi.

Mahasiswa berharap pemerintah tak sekadar mendata, tetapi segera mengambil langkah konkret. Perbaikan asrama dinilai mendesak agar fasilitas pendidikan benar-benar mendukung proses belajar dan kesejahteraan mahasiswa perantau. (Red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *