Ilustrasi peringatan Isra Miraj / Dok : pixabay
Oleh: Prof Haedar Nashir (Ketua Umum PP Muhammadiyah)
Isra-mikraj merupakan wilayah keimanan yang bersifat beyond atau melampaui yang niscaya diyakini oleh setiap muslim atas bukti kerisalahan Nabi Muhammad s.a.w. Bagaimana seorang muslim percaya atas kemukzizatan Nabi Muhammad diperjalankan Allah di malam hari dari Masjidil Haram di Makkah ke Masjidil Aqsa di Palestina serta dimikrajkan ke langit hingga Sidratul Muntaha untuk menerima risalah Allah, di dalamnya ada kewajiban shalat lima waktu. Inilah salah satu dimensi iman terdalam dari keberagamaan yang mengandung banyak hikmah yang metafisik.
Peristiwa Isra mikraj bagi umat Islam dapat dimaknai sebagai peneguhan keimanan bahwa kita manusia harus mengimani segala kuasa Allah dalam kehidupan, termasuk kemukjizatan yang diberikan kepada Nabi yang diberkahi-Nya. Jika Allah Maha Kuasa dalam menciptakan alam semesta dengan seluruh partikel dan isinya yang belum semua ilmu manusia menjangkau seluruhnya, maka segalanya menjadi sangat mudah bagi Allah untuk menyatukan Nabi tercinta dengan alam semesta yang sama-sama diciptakan dalam kuasa-Nya. Jika Alllah telah menciptakan hukum alam sebagai sunatullah yang eksak, menciptakan hukum kecepatan cahaya, bebas hukum gravitasi, dan ketakjuban ciptaan lainnya maka sangatlah mudah bagi Allah untuk memperjalankan hamba yang dicintai-Nya dari bumi sampai melampaui tujuh langit hingga ke Sidratul Muntaha. Lebih dari itupun segala hal sangatlah mudah bagi Allah Yang Maha Kuasa, termasuk menjdikan akhir kehidupan tibanya Hari Kiamat.
Maka beriman dan bertaqwa merupakan keyakinan terdalam bagi setiap insan beriman. Manusia yang kehilangan ruh iman dan taqwa masih harus belajar akan hakikat kehidupan yang tidak sekadar urusan ragad fisik dan rasio verbal.
Ranah kehidupan metafisika dan melampaui pancaindra. Imtak memperkaya jatidiri manusia sebagai makhluk Allah. Manusia beriman niscaya rendah hati dan tidak congkak dengan segala yang dimiliki, karena semuanya nisbi dan fana. Dimensi iman dan takwa harus menjadi bagian penting dalam beragama, yang diaktualisasikan dalam sikap, pikiran, dan tindakan yang selalu menaati perintah Tuhan dan risalah Nabi untuk kebaikan hidup di dunia dan akhirat. Perwujudannya berupa kesalehan hidup yang memancarkan kebaikan bagi diri, keluarga, masyarakat, bangsa, negara, dan kemanusiaan universal yang rahmatan lil-‘alamin.
Isra mikraj merupakan satu kesatuan dengan kerisalahan Nabi Muhammad membawa ajaran Islam. Wujudkan berislam yang damai, toleran, ukhuwah, dan menebar segala benih kebaikan sebagaimana risalah Nabi akhir zaman. Jauhi hal-hal yang menimbulkan masalah dan kerusakan dalam kehidupan. Nabi diutus untuk menyempurnakan ahklak mulia dan menjadi rahmat bagi semesta alam.
Dengan isra dan mikraj juga kaum muslimin harus mengembangkan kecerdasan yang murni, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta memanfaatkan segala potensi yang dianugerahkan Tuhan dalam memahami segala ciptaan-Nya, serta melahirkan peradaban yang utama bagi kehidupan di alam semesta ini. Menjadi insan pembangun dan bukan insan perusak kehidupan. Jadilah pembelajar dan pemakmur kehidupan yang merahmati semesta. Nabi Muhammad hadir dengan risalahnya membangun al-Madinah al-Munawwarah, peradaban yang cerah-mencerahkan.
Sumber : muhammadiyah.or.id