LENTERA MALUT – Insiden tragis meninggalnya seorang pasien rujukan di Kecamatan Loloda Utara, Halmahera Utara, pada Rabu (10/12/2025), memicu sorotan tajam dari DPRD Provinsi Maluku Utara. Pasien bernama NP (48) itu kehilangan nyawa setelah kendaraan yang membawanya terhenti di tepi sungai kecil tanpa jembatan akibat akses jalan yang rusak parah.
Anggota Deprov Malut dari Dapil II Halmahera Utara–Morotai, Nazlatan Ukhra Kasuba, menyatakan pemerintah provinsi harus mengambil langkah cepat. Ia mendesak agar anggaran pembangunan jalan Trans Kie Raha tahun 2026 digeser sementara untuk memperbaiki ruas Galela–Loloda yang telah lama bertahan dalam kondisi memprihatinkan.
“Saya meminta agar pembangunan jalan Trans Kie Raha ditunda dan dialihkan dulu ke perbaikan jalan serta jembatan Galela–Loloda,” tegas politisi Gerindra itu dalam keterangan persnya.
Nazlatan yang juga putri mendiang Gubernur Abdul Gani Kasuba menegaskan bahwa desakannya bukan soal sentimen wilayah, melainkan soal nyawa warga yang setiap hari bergantung pada akses jalan aman. Menurutnya, tragedi yang menimpa NP harus menjadi alarm bagi Pemprov.
“Keselamatan warga harus jadi prioritas utama. Insiden ini menyentuh hati nurani kami, dan sebagai wakil rakyat dari dapil II, saya akan terus menyuarakan ini sampai langkah konkret benar-benar diambil,” ujarnya.
Ia menilai urgensi perbaikan akses Loloda–Galela jauh lebih tinggi dibanding proyek lain yang masih bisa menunggu. Pemprov, lanjutnya, harus menentukan prioritas pembangunan secara tepat karena di daerah ini masyarakat benar-benar mempertaruhkan keselamatan saat melintas.
“Pemerintah pusat sudah lebih dulu menyalurkan bantuan pembangunan jalan. Artinya perhatian sudah ada dari pusat. Kini masyarakat menunggu langkah nyata dari Pemprov untuk memastikan jalur Galela–Loloda aman dilewati,” katanya.
Tragedi NP terjadi saat mobil Hilux yang dijadikan ambulans darurat tak mampu menembus medan ekstrem akibat hujan deras. Sejumlah sungai tanpa jembatan berubah menjadi arus deras, jalan sirtu berlubang dan licin, sebagian tertutup material longsor, ditambah tanjakan Gunung Ngidu yang menjadi titik tersulit. Semua kondisi itu membuat upaya penyelamatan terlambat, dan nyawa pasien tak tertolong. (Red)







