LENTERA MALUT — Pergerakan harga kebutuhan masyarakat di Maluku Utara sepanjang November 2025 menunjukkan kondisi yang relatif tenang. Meski sejumlah komoditas mengalami kenaikan, inflasi provinsi masih berada pada level rendah.
Badan Pusat Statistik (BPS) Maluku Utara mencatat inflasi tahunan atau Year on Year (y-on-y) sebesar 1,89 persen, dengan dua daerah pencacahan—Kota Ternate dan Halmahera Tengah—menunjukkan dinamika harga yang berbeda.
Ternate tercatat sebagai penyumbang inflasi tertinggi dengan 2,28 persen dan Indeks Harga Konsumen (IHK) 110,36. Sebaliknya, Halmahera Tengah hanya mengalami inflasi 0,10 persen dengan IHK 108,47. Secara keseluruhan, IHK Provinsi Maluku Utara berada di angka 110,02.
Kepala BPS Maluku Utara, Simon Sapary, dalam keterangan pers dikutip Ahad, (7/12/2025) menjelaskan bahwa inflasi tahunan tersebut dipicu kenaikan harga pada tujuh kelompok pengeluaran utama.
Kenaikan terbesar berasal dari kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya yang melonjak 7,01 persen, disusul kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga yang naik 4,67 persen.
Beberapa kelompok lain juga berkontribusi terhadap inflasi, antara lain penyediaan makanan dan minuman/restoran (2,39 persen), makanan, minuman, dan tembakau (2,27 persen), kesehatan (1,52 persen), rekreasi, olahraga dan budaya (1,37 persen), serta transportasi (0,55 persen).
Di sisi lain, empat kelompok justru mengalami penurunan harga (deflasi): pendidikan (-19,71 persen), perlengkapan dan pemeliharaan rutin rumah tangga (-0,93 persen), pakaian dan alas kaki (-0,25 persen), serta informasi, komunikasi dan jasa keuangan (-0,03 persen).
BPS juga mencatat inflasi month to month (m-to-m) sebesar 1,13 persen, serta inflasi year to date (y-to-d) November 2025 terhadap Desember 2024 mencapai 1,58 persen.
Dengan inflasi yang masih terjaga, BPS menilai stabilitas harga di Maluku Utara tetap terkontrol meski beberapa kelompok pengeluaran mengalami tekanan kenaikan. (Red)







